Selasa, Juni 14, 2016

Mengapa Saya Ingin Belajar Bahasa Isyarat?

Setelah beberapa teman mengetahui bahwa saya kini memiliki kegiatan baru, yaitu belajar bahasa isyarat, maka saat itu pula ada banyak pertanyaan yang muncul dari benak mereka. Pertanyaannya beragam, tetapi yang paling mendasar adalah tentang "Mengapa saya ingin belajar bahasa isyarat?" "Untuk apa?" "Apa pentingnya sih?"

Oke. Saya jawab.

Jadi, sebetulnya keinginan untuk belajar bahasa isyarat ini sudah ada sejak saya SD, kelas 4 (kalau tidak salah). Saat itu saya sedang menonton televisi dan ada tayangan yang menampilkan seorang juru bahasa isyarat. Persisnya bagaimana saya pun lupa, yang pasti saat itu saya bertanya pada Mama saya, "Ma, itu apa? Bahasa apa? Belajarnya di mana?". Waktu itu Mama saya hanya menjawab sepengetahuannya saja, "Itu bahasa isyarat, dipakai untuk komunikasi orang-orang tunarungu" Mama bilang bahasa isyarat biasa dipelajari di SLB untuk anak-anak tunarungu. Saat itu saya kebingungan, karena saya ingin mempelajari bahasa isyarat tetapi tidak ada akses dan tidak tahu harus belajar di mana. Maka keinginan saya itu saya kesampingkan sampai saya dewasa. 

Pada bulan Oktober-Desember 2015, saya melakukan penelitian skripsi untuk rumpun ilmu pendidikan kimia. Penelitian berlangsung di sebuah SMA Negeri yang kebetulan inklusi. Di sana saya bertemu beberapa orang siswa berkebutuhan khusus. Di kelas tempat saya mengajar pada saat itu ada satu orang siswa yang saya ketahui berkebutuhan khusus. Akan tetapi setelah mengajar beberapa pertemuan saya menyadari bahwa ternyata ada satu siswi yang berbeda dari yang lain. 

Namanya Bilkish. Murid perempuan saya yang satu ini cantik, pintar dan murah senyum. Saya selalu kagum dengan nilai-nilainya di pelajaran saya yang selalu bagus dan tidak pernah remedial. Semangat belajarnya juga tinggi walau saya selalu melihat dia sebagai siswi yang pendiam di kelas. Kadang memang ritme mengajar saya cepat, sehingga sepertinya terkesan bahwa saya tidak memperhatikan murid, akan tetapi saya selalu memperhatikan dan menghafal nama murid saya satu per satu secara detail, begitupun dengan sikapnya, karakternya dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan di kelas. 

Suatu hari, Bilkish menanyakan cara penyelesaian soal kimia kepada saya. Saat itu saya langsung menyadari ada yang berbeda dari cara komunikasi Bilkish. Namun itu bukan masalah bagi saya. Saya malah sangat senang bila ada murid yang bertanya pada saya. Dan saat itu Bilkish yang biasanya hanya diam memperhatikan saya mengajar, melontarkan pertanyaannya pada saya. Saya senang sekali, karena tandanya Bilkish antusias dengan apa yang saya ajarkan. 

Di kelas yang siswanya aktif⎯baik belajar maupun bercanda, saya sempat dijadikan bahan pembicaraan di grup LINE kelas mereka karena salah satu dari mereka ada yang stalking akun instagram saya dan mengirim screenshot-nya ke grup kelas :p 

Bagi saya, hal ini tidak jadi masalah sama sekali. Saya justru meminta mereka untuk saling follow instagram dengan saya ketika saya tahu mereka telah stalking habis-habisan akun instagram saya hahaha.

Dari sana, saya tahu bahwa Bilkish juga memiliki akun instagram. Saya follow instagram dia dan melihat beberapa foto Bilkish di sana. Rupanya Bilkish adalah alumni SDLB Santi Rama. Dugaan awal saya mengenai kondisi pendengaran Bilkish ternyata benar. Dari situ hati dan pikiran saya seperti diguncang, karena saya menjadi semakin sadar bahwa sebetulnya ada banyak anak-anak yang memiliki keterbatasan tetapi juga mampu setara dengan yang lainnya. Kebetulan anak-anak yang saya temui ini adalah anak-anak yang beruntung karena memiliki keluarga yang peduli dan berkecukupan secara finansial. Bagaiman jika ada anak-anak yang memiliki keterbatasan tetapi tidak ada dukungan moril dan materi dari sekitar, khususnya keluarga?

Bilkish, anak perempuan berkerudung berkacamata persis di sebelah kiri saya
Bilkish, sebelah kiri saya persis.
Surat dari Bilkis, berisi kesan dan pesan :)

Di saat yang hampir bersamaan, Desember awal saya mendapat broadcast message di grup WhatsApp kampus. Seorang teman membagikan informasi mengenai komunitas Youth for Diffabel yang mengadakan kelas clubbing bahasa isyarat gratis. Tentunya saya yang dari dulu sangat ingin belajar bahasa isyarat senang sekali melihat info tersebut. Bahkan saya seketika itu juga membuka link pendaftaran dan mengisi formulirnya. Beruntung saya lolos seleksinya dan sampai sekarang saya masih belajar bahasa isyarat di sana. :D

Pertemuan saya dengan Bilkish membuat saya berpikir tentang nasib anak-anak Tuli dalam mengakses pendidikan. Saya berpikir bagaimana jika suatu hari nanti saya bertemu dengan murid-murid yang beberapa di antaranya Tuli. Bagaimana saya harus mengajarkan ilmu yang saya miliki kepada mereka? Tentunya agak sulit jika harus disampaikan secara verbal. Oleh karena itu, saya pikir saya patut mempelajari bahasa isyarat ini. Entah nanti akan menjadi guru atau dosen atau apapun nanti profesinya, saya percaya tidak ada ilmu yang sia-sia untuk dipelajari :)


Salam damai,
Cintra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Any comments?