Sabtu, September 06, 2014

Memori

Ia terkadang bersemayam di dalam selimut-selimut yang telah usang. Sesaat kau hirup aromanya yang khas itu, maka kau akan masuk ke dongeng masa lampau. Bisa jadi dongeng yang kau rindukan. Atau bisa juga dongeng yang membuat dadamu sesak seketika - serasa ada pedang yang menghunus. Sakit.

Tampaknya menolehkan kepala sejenak ke belakang sungguhlah riskan untukmu. Karena pada nyatanya otak manusia lebih mudah menyimpan memori buruk dibandingkan memori bahagia dalam hidupnya. Ironis.

Sayangnya mereka datang saat kau terlelap. Merasuk lewat bunga-bunga tidur yang absurd atau seperti membangunkanmu dari tidur dalam sekejap. Membuat matamu yang semula terpejam menjadi terbuka, kemudian serasa dihantui memori-memori itu.

Menoleh ke belakang rupanya membuat lehermu pegal.

Tetapi memori itu datang dan seperti mematahkan lehermu untuk terus meoleh ke belakang. Kalau bisa, ia ingin kepalamu menghadap ke belakang, dan wajahmu sejajar dengan punggung.

Terbangun dari tidur dan terjaga sampai pagi.

Putaran kaset masa lalu itu ternyata bisa berhenti juga. Pita-pita kasetnya seketika kusut tatkala suara kokok ayam pertanda pagi sampai ke telinga. Memori-memori menyakitkan itu mungkin kiriman iblis dari neraka sana yang menodai tidur. Mereka berkelana tengah malam dan dini hari hanya untuk merusak nyenyak tidurmu.

Lalu kau bisa apa?

Selepas lelah berpikir, esok hari kau tertidur. Dan mereka datang kembali semau mereka. Meski kau berdoa agar mereka tak sering-sering menghampiri tidur nyenyakmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Any comments?