Minggu, April 20, 2014

Berikan Aku Alasan Untuk Menyapamu Tanpa Alasan

inikah sunyi yang kau titipkan tempo hari itu?

di sini
aku menanti embun di atas dahan yang getas
satu hari, sepuluh hari, tiga puluh satu hari, atau mungkin lebih
aku bertengger di atasnya

di bawah bayang-bayang dedaunan yang terpapar sinar senja dari Barat

aku..
membiarkan tiap tetes air mataku jatuh ke tanah
membasahi setiap kebodohanku dan rendah diriku
menggenangi setiap cerita manis yang pernah kita tulis

aku adalah seekor burung yang kicaunya tak pernah merdu
yang tiap kepakkan sayapnya tak pernah membawa ia terbang tinggi

aku adalah seekor burung yang tak pandai menghiburmu dengan tarian dan kicauannya

***
kasihku,
apakah kau tau?
tiap detik, tanya dan harapku semakin menjulang ke awan

entah siapa yang menyusunnya sampai ke sana,
tapi ia tersusun rapi dan menggunung
menghadang setiap silau sinar matahari siang
dan
menguraikan semburat sinar senja yang cantik dari ufuk Barat sana

dan apabila siluet tubuhmu telah terlihat dari sini
aku ingin
semburat sinar senja memberimu petunjuk kemana kau akan berjalan

aku ingin
tiap hembusan angin menjawab sejuta tanyaku
sejuta tanya yang mungkin tak pernah aku tanyakan kepadamu karena lidahku selalu kelu

kasihku, tiap detik aku mengukur jarak yang kita ciptakan sendiri
jarak yang kita ciptakan karena setitik jelaga yang tak tahu dari mana asalnya

namun, setiap detik itu pula aku sadar bahwa kita terlalu takut
untuk memulai
menghapus jarak dan kebimbangan

hati ini terlalu mudah gentar

hari demi hari, namamu terlantun dalam setiap kicauku
yang mungkin tak merdu untuk kau dengar
tetapi
kicauku adalah harapan

kicauku yang tak merdu adalah segenggam doa
yang tiap saat kusebut hanya demi kebahagiaanmu

dimana pun kau berada,
aku hanya ingin kau bahagia dengan apapun yang kau lakukan

dimana pun kau ada kini,
aku hanya ingin mengirimkan lantunan rindu yang meradang dari atas dahan getas

nanti,
ketika semburat senja telah menerangimu menuju dahan getas tempatku bertengger,
aku ingin menyapamu dan tersenyum

memelukmu 
mengajakmu terbang
melayang, menyentuh awan bagai helium
walau tak begitu tinggi

kasihku,
dan saat tetes embun pagi pertama jatuh ke wajahku
aku ingin kau tahu bahwa itu bukanlah tetes air mataku yang dulu
tetes embun pagi pertama yang jatuh ke wajahku adalah harapan yang selama ini kita anggap mustahil

maka,
dapatkah kau berikan aku alasan
untuk menyapamu
sekarang

ya, menyapamu..

tanpa alasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Any comments?