inikah sunyi yang kau titipkan tempo hari itu?
di sini
aku menanti embun di atas dahan yang getas
satu hari, sepuluh hari, tiga puluh satu hari, atau mungkin lebih
aku bertengger di atasnya
aku menanti embun di atas dahan yang getas
satu hari, sepuluh hari, tiga puluh satu hari, atau mungkin lebih
aku bertengger di atasnya
di bawah bayang-bayang dedaunan yang terpapar sinar senja dari Barat
aku..
membiarkan tiap tetes air mataku jatuh ke tanah
membasahi setiap kebodohanku dan rendah diriku
menggenangi setiap cerita manis yang pernah kita tulis
membiarkan tiap tetes air mataku jatuh ke tanah
membasahi setiap kebodohanku dan rendah diriku
menggenangi setiap cerita manis yang pernah kita tulis
aku adalah seekor burung yang kicaunya tak pernah merdu
yang tiap kepakkan sayapnya tak pernah membawa ia terbang tinggi
yang tiap kepakkan sayapnya tak pernah membawa ia terbang tinggi
aku adalah seekor burung yang tak pandai menghiburmu dengan tarian dan kicauannya
***
kasihku,
apakah kau tau?
tiap detik, tanya dan harapku semakin menjulang ke awan
entah siapa yang menyusunnya sampai ke sana,
tapi ia tersusun rapi dan menggunung
menghadang setiap silau sinar matahari siang
dan
menguraikan semburat sinar senja yang cantik dari ufuk Barat sana
dan apabila siluet tubuhmu telah terlihat dari sini
aku ingin
semburat sinar senja memberimu petunjuk kemana kau akan berjalan
semburat sinar senja memberimu petunjuk kemana kau akan berjalan
aku ingin
tiap hembusan angin menjawab sejuta tanyaku
sejuta tanya yang mungkin tak pernah aku tanyakan kepadamu karena lidahku selalu kelu
kasihku, tiap detik aku mengukur jarak yang kita ciptakan sendiri
jarak yang kita ciptakan karena setitik jelaga yang tak tahu dari mana asalnya
namun, setiap detik itu pula aku sadar bahwa kita terlalu takut
untuk memulai
menghapus jarak dan kebimbangan
hati ini terlalu mudah gentar
hari demi hari, namamu terlantun dalam setiap kicauku
yang mungkin tak merdu untuk kau dengar
tetapi
tetapi
kicauku adalah harapan
kicauku yang tak merdu adalah segenggam doa
yang tiap saat kusebut hanya demi kebahagiaanmu
dimana pun kau berada,
aku hanya ingin kau bahagia dengan apapun yang kau lakukan
aku hanya ingin kau bahagia dengan apapun yang kau lakukan
dimana pun kau ada kini,
aku hanya ingin mengirimkan lantunan rindu yang meradang dari atas dahan getas
aku hanya ingin mengirimkan lantunan rindu yang meradang dari atas dahan getas
nanti,
ketika semburat senja telah menerangimu menuju dahan getas tempatku bertengger,
aku ingin menyapamu dan tersenyum
aku ingin menyapamu dan tersenyum
memelukmu
mengajakmu terbang
melayang, menyentuh awan bagai helium
walau tak begitu tinggi
kasihku,
dan saat tetes embun pagi pertama jatuh ke wajahku
aku ingin kau tahu bahwa itu bukanlah tetes air mataku yang dulu
tetes embun pagi pertama yang jatuh ke wajahku adalah harapan yang selama ini kita anggap mustahil
tetes embun pagi pertama yang jatuh ke wajahku adalah harapan yang selama ini kita anggap mustahil
maka,
dapatkah kau berikan aku alasan
untuk menyapamu
sekarang
ya, menyapamu..
tanpa alasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Any comments?