Jumat, Januari 10, 2014

Apa Kami Prajuritmu, Cinta?

pagiku iri, pagiku merintih lirih
ia sangsi pada sebuah senyum
ia juga sangsi pada sebuah janji.
ia sempat meragu bahkan sebelum memulai
ia mendobrak pintu baja lalu menyusuri jurang..
wahai lelaki yang kehausan,
mari rehat sejenak
mungkin di bawah langit kelabu ini, kita bisa bicara
tentang malam yang tak menyisakan hangat,
tentang bintang yang tak lagi muncul kala semalam kita menyempatkan diri untuk melihatnya
di dunia ini cuma ada kita; prajurit cinta yang kehabisan mesiu
lantas lelah berperang melawan arogansi dan egoisme
prajurit cinta yang miskin senjata juga keberanian melawan ribuan pleton musuh di seberang sana
semestinya kita malu berdansa di hamparan tanah penuh jasad tak berdosa yang mati karena cinta
kita lelah berperang dan kekurangan perbekalan
kita belum menang, kita tidak juga kalah
kita hanya kehabisan mesiu
kita terengah-engah bercucuran keringat
dan kita hanya dapat bertanya-tanya;
pada siapa kelak kita akan menitipkan nyawa kita?
ini,
“terimalah segelas air terakhir yang tersisa di tasku agar kau tidak kehausan lagi”
buat apa kita bertahan sebagai prajurit cinta, jika kita kehabisan mesiu?
nyatanya kita tak cukup mampu melawan musuh-musuh kita; arogansi dan egoisme
kita cuma punya cinta dan itu tidak cukup
karena cinta ini lumpuh tanpa keyakinan
cinta ini tak berdaya tanpa keberanian menantang maut
janganlah lagi kita berdansa di sini
jasad-jasad tak berdosa itu menontoni kita!
jiwa-jiwa mereka menangis di alam baka, melihat kita terus berdansa seperti ini
mereka menahan pilu tatkala cinta yang kita miliki hanyalah sia-sia seperti sampah
"untuk apa mereka mempertahankan timbunan sampah cinta di hati mereka?"
sebagian dari mereka menertawai kita dari alam baka
"lihatlah, mereka yang memiliki cinta tanpa keyakinan!"
"kehidupan seperti apa yang mereka harapkan, jika nyatanya cinta hanya dapat mematikan kita"
"mereka mengagungkan cinta tanpa punya keberanian"
beberapa dari mereka meringis iba
"sudah cukup, kami di sini mengerang dalam derita karena cinta-cinta kami."
di alam baka, mereka hanya bisa berteriak seperti itu.
oh Tuhan.
untuk apa kau taruh cinta di hati kami jika tak pernah ada bahagia?
kau.
aku.
kita prajurit cinta yang lumpuh pasca perang berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan
aku hanya mampu bertanya ini kelak,
"lalu mau kau apakan cintamu itu jika toh aku tak percaya cinta kita akan membuat kita bahagia?"
dan segudang pertanyaan lainnya
aku dan kau hanya mampu bercumbu bila musuh-musuh itu datang
kita hanya punya cinta kemudian nafsu
tunjukkan dimana kita harus mendapatkan mesiu kita lagi?
di dasar lautan kah?
di bawah bumi?
atau di atas langit?
aku mau kita bersama dalam cinta, karena aku mencintaimu
ku tahu kau pun begitu
tapi kau tahu?
cinta kita ringkih
dan kita prajurit amatir yang belum mahir tiarap setiap kali peluru datang
jadi apa yang kau mau, sayang?
aku tahu kau lelah
aku mencintaimu tanpa ragu
walau aku tau kita tak punya pilihan untuk hidup meneruskan perjalanan cinta ini
kita tak punya apa apa lagi selain cinta
kita cuma punya cinta 
dan kebodohan kita
sayang, apa kau mau mati bersamaku?
matilah bersamaku,
toh cepat atau lambat kita pun akan mati kelaparan atau terbunuh oleh musuh
aku menyayangimu,
aku ingin bersamamu
mari kita bercumbu di dasar jurang
dan berbahagia di alam baka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Any comments?