Selasa, Januari 14, 2014

Mengejar Janji

Di halte Latuharhari aku berdiri

Melihatmu maju tanpa arah tertuju

Masuk ke dalam bus dengat raut yang ketus

Bersama suara mesin menderu

Kau melangkah terburu-buru beralaskan sepasang sepatu berwarna biru

Di hamparan aspal penuh debu terlantar

Perlahan kucoba sabar untuk tidak mengejar

Sebab aku sendiri masih berdiri di tepian pagar

Terpapar matahari bersama kumpulan manusia yang sedang mencari jati diri

Sayup-sayup kudengar dadamu berdegup

Air mukamu yang tetap ketus mengiring bus yang siap mengembus

Sementara aku masih menaruh harapan pada bus kedelapan

Tegak berdiri di depan dengan sopan seraya terlintas sebuah pertanyaan:

"mengapa untuk sekadar memanggilmu lidahku selalu kelu?"

Kau berlalu tanpa teriring talu

Sedikit pun kau tak tahu bila ku menunggu

Karena kau sibuk termangu dan hanya bertopang dagu

Tak terasa waktu tlah jenuh mengeluh

Lelah bertanya pada dunia akan sebuah upaya

Kurasa aku cukup berdaya untuk mampu percaya;

Jikalau upaya agaknya tak sia-sia

Sebab satu harapan tak berakhir dalam tatapan

Bus kedelapan telah muncul di hadapan

Lekas kucangking tas dan bergegas

Kurasa kita masih pantas berjumpa di Dukuh Atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Any comments?