Suatu hari setelah kami berbalas-balasan sms, dia mengirimkan aku suatu pesan yang bernada puitis. Tanpa ragu pun aku membalasnya dengan kalimat yang tentunya juga puitis. Sebuah candaan sekaligus perasaan seseorang yang sedang luka karena pengkhianatan cinta. Sebuah harapan yang pupus akan seseorang, yang sedang temanku alami.
Z : Sakit yang kurasa bukan karena dia, namun karena aku kecewa kau telah memilih cinta yang salah. Dan sesungguhnya aku telah berpura-pura, mengizinkan kau dengan cinta yang lain. Namun hati ini tak pernah rela. Aku akui ini hanya berpura-pura.
C: Untuk apa kau berpura-pura. Sekarang bukanlah lagi zamannya memakai topeng. Lepas topengmu. Tunjukkann kalau kamu masih ada dan belum hilang dari hidupnya.
Z: Ku sadari meski bintang bersinar di langit indah. Aku takkan mampu menggapai sinarnya. Dirimu akan selalu disana dengannya takkan berubah. Meski cintaku kamu.
C: Namun jika semesta menginginkanmu tetap bersamanya.. Kamu tak akan bisa melawan takdir :) Biarkan saat ini dia terang bersama bintang yang lain. Tapi pastikan sinarmu takkan pernah redup. Agar dia dapat terus melihat sinar bintang yang tulus dan abadi. Jika saatnya tiba... Semuanya akan terjawab.. Tetaplah menjadi bintang yang terang di dekatnya. Sampai ia sadar ada bintang yang selalu terang.. Memancarkan cahaya yang tulus dan abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Any comments?