Kamis, Maret 29, 2012

Praktikum Kelabu

Pada hari Selasa, 27 Maret 2012, tepatnya ketika banyak orang sedang menghindari titik-titik demo penolakan kenaikan BBM, saya tetap melakukan aktifitas seperti biasa, yaitu kuliah. Hari itu memang jadwal kelas saya untuk praktikum kimia dasar II dengan materi sifat koligatif larutan.

Hari itu kondisi tubuh saya agak kurang sehat (dan sekarang jatuh sakit) tetapi saya tetap mengikuti praktikum. Untuk melakukan praktik sifat koligatif larutan, diperlukan bahan-bahan seperti, minyak goreng, larutan NaCl, Urea, dan Glukosa, tak lupa juga batu es. Sedangkan untuk alat-alatnya (agak banyak) diperlukan seperti gelas kimia, kaki tiga, spiritus burner, kasa asbes, termometer, tiang statif, dll. 

Mengapa harus Praktikum Kelabu sih?!

Mau tahu kenapa? Baiklah, saya akan ceritakan. Wani piro?
Jadi begini, saat itu saya dan teman-teman di kelompok kerja saya, bertugas sebagai piket alat. Kami membagikan alat-alat praktikum yang disebutkan di atas, kepada kelompok lain. Diawali dengan meminta bantuan laboran untuk mengambilkan alat dari ruang penyimpanan. Ada 12 kelompok dalam laboratorium. Itu artinya kami petugas piket alat harus menyiapkan 12 alat pada tiap jenis alatnya.

Saat spiritus burner telah kami terima dari laboran, kami melihat sumbu-sumbunya hampir pendek, dan spiritusnya kering. Lalu kami sebagai petugas piket alat pada hari itu, kami berinisiatif untuk mengisi spiritus burner, walaupun laboran dan assisten laboratorium mengatakan bahwa itu bukanlah tugas kami, melainkan kewajiban dari masing-masing praktikan.

Lalu kami isi sampai burner bersisa 2 (yang belum diisi), karena cairan spiritus yang kami ambil untuk diisikan kurang. Kata assisten lab, kami tidak perlu mengambil lagi spiritus dan membiarkan burner kosong tersebut diisikan oleh praktikan.

Ketika kami masih mengabsen kelompok, dan membagikan peralatan, ada satu orang teman yang bertanya pada kami.

"Ngambil spiritus dimana ya?"

Aku dan teman piketku, menunjukkan tempatnya, yaitu di luar ruangan. Tapi kebetulan saat itu di dalam ruangan, dekat ruang penyimpanan alat, ada jerigen berisi spiritus (Tulisannya : Spiritus). Lalu kami mengatakan, bahwa, jerigen tersebut berisi spiritus, dan dapat digunakan.


                                                                 ***

Praktikum Dimulai

Kakak assisten lab, memberikan peringatan kepada kami, agar melakukan percobaan secara hati-hati, karena pada praktikum sebelumnya (dengan materi yang sama), lab terbakar. Saya dan Annisa (teman sekelompok), bersiaga untuk evakuasi jika seburuk-buruknya terjadi kebakaran. Kebetulan kami mendapat tempat yang strategis untuk keluar.

Kelompokku memulai percobaan dengan mengeset alat, lalu memanaskan minyak goreng. Disamping itu temanku lain kelompok sibuk menyalakan pembakar spiritus. Pembakar spiritus mereka tidak dapat menyala. Kemudian mereka menanyakannya ke assisten lab, dan sang assisten membantunya dengan cara menarik sumbu pembakar (dengan dugaan awal, sumbu terlalu pendek). 

Ilustrasi : Spiritus Burner
Sumbu sudah ditarik. Tetapi pembakar tidak menyala juga. Sampai assisten menegur kelompok saya, menduga kami salah instruksi atau salah mengisi pembakar spiritus. 

Saya berkata pada assisten bahwa kelompok mereka mengisi spiritus sendiri, dari jerigen itu (menunjuk jerigen dekat ruang penyimpanan alat). Memang label jerigen itu "spiritus", tapi tidak menyala. Entah kenapa. Atau mungkin yang ada di dalam jerigen itu adalah aquades (air suling)?

Akhirnya kakak assisten lab memberikan pembakar spiritus yang baru. 

Kisah spiritus berlalu, kami sibuk melakukan percobaan. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara kaca pecah. Fiuh! Kelompok lain ada yang memecahkan alat. Alat apa itu, saya kurang mengetahuinya, karena saya berada di meja depan, dan sedang sibuk mengukur waktu lamanya penurunan titik beku larutan. Hari itu cukup banyak yang memecahkan alat. Tetapi tidak dengan kelompok saya. Syukur, kami melakukan percobaan dengan hati-hati saat itu.

Tidak lama setelah itu, kelompok yang berada tepat di belakang kami, memecahkan tabung reaksi. Ckckck.. Karena mengaduk larutan terlalu kencang, alhasil tabung reaksi mereka bolong di bagian bawah.

Sesaat kemudian, masih dari kelompok belakang, kebakaran!!

Saya yang saat itu sedang memantau stopwatch setiap 15 detik, menjadi terpecah konsentrasi. Antara panik dan harus tetap fokus ke hitungan. Hectic!

Hitungan saya agak kacau. Tapi syukurlah, kelompok saya cepat selesai mengukur penurunan titik bekunya. Jadi bisa lebih waspada terhadap kebakaran itu. Kebakaran makin menakutkan tatkala api menimbulkan bunyi, dan sesekali terpercik.

Untunglah kebakaran tersebut tidak berlangsung lama, karena langsung ditangani oleh petugas lab. 

Usut punya usut, kebakaran tersebut karena salah satu temanku dari kelompok belakang, ingin menggeser tripod (kaki tiga), tapi malah menyenggol pembakar spiritus, dan akhirnya pembakar spiritus ngguling. Ditambah ada buntelan tissue di dekat tripod. Jadilah api dengan mudah menyambar tissue, yang notabene mudah terbakar.
Ilustrasi kaki tiga (tripod)

Fiuhhh! 

Saya yakin tidak cuma saya tetapi semua yang ada di lab saat itu panik.

Lalu tidak lama, langit mendung. Gelap. Kilat sesekali berkedip disusul suara petir. Praktikum masih berlangsung. Maklum, kami mengamati titik didih dan titik beku dari beberapa larutan. Lama memang. Kami harus memperhatikan kenaikan titik didih dari 5 larutan, secara bergantian, melalui termometer dengan sabar dan teliti. Begitu juga titik beku, kami memperhatikan penurunan titik beku dari 5 jenis larutan.

                                                              ***

Ketika angin berhembus membawa bau air hujan, sangat terlihat dari lantai 3 laboratorium kimia, langit semakin gelap, dan kami masih praktikum. 

Tidak lama berselang, terdengar suara panik-panik. Rupanya terjadi lagi kebakaran. Kali ini saya kurang tahu penyebabnya. Tetapi api lebih besar daripada kebakaran sebelumnya. Kakak assisten lab ikut panik. Api menjalar ke kasa asbes di atas tripod. Hampir menjulur ke minyak panas.

Lagi-lagi (untungnya) ada yang berani mematikan api tersebut dengan kain basah. Api pun mati.

Saya yang sedang kurang sehat saat itu, menjadi semakin pening dengan keadaan yang kacau seperti itu. Langit juga kurang bersahabat, hujan ringan menaungi kampus saya. 

Percobaan saya pun selesai. Syukur kelompok saya tidak melakukan kesalahan/kecelakaan kerja ataupun memecahkan alat.

Hikmah : Berhati-hatilah ketika praktik di laboratorium, apalagi ketika sudah melibatkan api atau bahan-bahan kimia berbahaya/beracun/mudah terbakar. Jangan bercanda. Serius dan fokus. Serta tidak lupa berdoa sebelum melakukan aktifitas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Any comments?