Hari ini, malam ini, semua pengeras suara dari berbagai mesjid mengumandangkan takbir. Besok sudah lebaran. Malam ini saya membereskan buku-buku saya yang menumpuk berantakan bersama catatan-catatan kecil lainnya. Saya membereskan lembaran-lembaran kertas catatan saya itu, dari yang masih terpakai dan tidak.
Momen malam takbiran ini, dari tahun ke tahun selalu menjadi momen haru bagi saya. Khususnya karena lebaran ini saya sudah tidak bisa berkumpul lagi dengan Kakek dan Nenek saya. Mereka berlebaran di surga, dan saya di bumi. Tidak ada lagi opor ayam dan sambal goreng buatan nenek saya yang lezat itu. Tidak ada lagi riuh ramai tamu yang bercengkrama, berbincang dengan kakek atau nenek membicarakan hal-hal kecil yang mengundang gelak tawa. Tidak ada lagi.
Yah, begitulah malam takbiran. Selalu ada kenangan yang kita ingat-ingat. Beberapa membuat kita tersenyum, lucu, tertawa, haru, atau sedih. Ada hal-hal yang tidak dapat kembali dan ada pula hal-hal yang baru hadir atau masih ada.
Saya beruntung masih punya kalender, smartphone, dan benda-benda yang menyenangkan lainnya. Mereka semua 'pengingat' bagi saya. Kalender dinding di rumah saya misalnya, (biasanya) ia mengingatkan saya perihal tanggal merah libur nasional. Kalau smartphone saya, dia lebih canggih lagi. Selain tanggal, ia juga bisa memperlihatkan saya tentang momen-momen yang kadang luput tersimpan secara visual di memori otak saya. Foto-foto, suara, video, atau percakapan-percakapan yang pernah terlupakan. Beberapa benda juga seringkali mengingatkan saya pada suatu momen. Contohnya sederhana saja, seperti misalnya baju yang saya kenakan sewaktu buka puasa bersama tahun lalu, di hari ini. Saya masih ingat baju warna apa itu, dan sepatu apa yang saya gunakan.
Saya tidak tahu apa jadinya kalau manusia di bumi tidak pernah memiliki kemampuan untuk mengingat dan merekam segala bentuk informasi yang datang melalui inderanya. Mungkin kita tidak akan pernah bisa mengenali orang yang kita sayangi melalui aroma parfumnya, atau bau tubuhnya. Atau mungkin kita lupa kalau kita pernah dibuatkan opor ayam oleh nenek kita, lalu disuapinya, dan kemudian minta tambah. Atau mungkin kita juga akan lupa kalau dulu kita pernah dapat 'salam tempel' yang banyak dari sanak saudara, sampai-sampai dompet kita sulit tertutup.
Hari ini, walaupun dengan berat hati saya telah membatalkan puasa saya pukul 10 pagi tadi karena maag, saya ingat bahwa saya masih memiliki kesalahan-kesalahan kepada manusia lainnya. Untuk itu, sebagai manusia yang kurang pandai mengingat kesalahannya, saya ingin meminta maaf lahir dan bathin kepada semua apabila saya pernah menyakiti perasaan atau berbuat kesalahan pada kalian.
Semoga apa yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan ini diberkahi Tuhan sebagai perbuatan tulus dari hati yang berniat baik.
Selamat hari raya idul fitri.
Selamat mencicipi hidangan lebaran dan berkumpul bersama keluarga!
Salam.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Any comments?