Dalam kamar tak berlampu tiap helai rambut yang menjuntai indah itu berbicara
Dari hal satu ke hal lain yang jauh dari perkiraan
Sejak ia masih seujung kuku sampai saat ini ketika ia telah menutupi punggung
Ada yang marah, ada pula yang berterima kasih
Ada yang berteriak, tetapi ada pula yang bernyanyi merdu seakan hidupnya selalu indah
Mereka meluapkan emosi dalam kamar tak berlampu
Tanpa ada mata yang terbuka
Tanpa ada tangan yang membelainya
Hanya ada hening ketika mereka meluapkan emosinya
Cukup hening yang setia menemani jutaan helai itu
Sampai sebuah isak terdengar nyaring
Satu helai menangis saat yang lain bernyanyi
Rupanya ia rapuh sehingga harus gugur dari tempat dimana ia terikat dulu
Helai rambut yang tipis itu melekat di bantal
Terlepas dari yang lain seakan dikucilkan padahal tidak sama sekali
Berdiam sambil meneteskan air mata menontoni jutaan helai lainnya
Tangisnya tak lagi nyaring melainkan ditahannya lalu tersengguk sesekali
Lalu satu helai yang masih kuat berteriak,
"Hei, tak usah kau menangis seperti itu! Karena aku pun bosan terikat di sini. Aku ingin berada di bantal itu bersamamu. Bebas itu menyenangkan, bukan?"
Sehelai rambut yang malang itu tersenyum sambil menyeka tetes air mata yang jatuh melewati pipi
Senyumnya seperti berkata,
"Ya, aku bebas."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Any comments?